Dalam diskusi santai tersebut, Leonard menegaskan, pengembangan
ekonomi Kalimantan Tengah tidak bisa dilakukan secara terpisah. Dibutuhkan
kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, komunitas, serta
masyarakat untuk memaksimalkan potensi yang ada.
"Kita tidak bisa bekerja sendiri, harus ada kerja sama
yang erat, terlebih di era digitalisasi ini. Media sosial dan peran influencer
harus dimanfaatkan secara optimal untuk memperkenalkan potensi wisata
daerah," ucapnya.
Selain memanfaatkan teknologi dalam promosi wisata, Leonard
juga menyoroti pentingnya pelestarian dan pengenalan budaya lokal sebagai daya
tarik utama bagi wisatawan. Menurutnya, budaya adat Kalimantan Tengah memiliki
keunikan tersendiri yang harus terus diperkenalkan dan dikembangkan sebagai
identitas daerah.
"Budaya kita harus ditonjolkan. Budaya adat Kalimantan
Tengah bisa menjadi ciri khas yang menarik wisatawan. Ini harus menjadi daya
tarik utama dalam pengembangan sektor pariwisata," tambah Leonard.
Tak hanya itu, ia juga menekankan peran industri kecil dan
menengah (IKM) dalam mendukung ekosistem pariwisata. Produk unggulan daerah
seperti kerajinan rotan dan batik khas Kalteng perlu terus dikembangkan dan
dipasarkan lebih luas.
"Industri kecil dan menengah, seperti kerajinan rotan
dan batik khas Kalteng, harus terus kita dorong. UMKM harus bersinergi dengan
sektor pariwisata agar dapat berkembang bersama," ungkapnya.
Hadir dalam kegiatan terserbut yaitu Kepala Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Prov. Kalteng Adiah Chandra Sari, Kepala Dinas Perhubungan Prov.
Kalteng Yulindra Dedy, dan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Prov. Kalteng,
Norhani. (mmc/foto: bapperida)