![]() |
Seorang pekerja memeriksa pengoperasian sistem robot pengelasan cerdas di pangkalan manufaktur cerdas Tianjin milik Offshore Oil Engineering Co., Ltd. di Tianjin, China. (Antaranews) |
Kaltengmaju.com – Narasi Amerika Serikat soal perlunya “rebalancing” ekonomi China kembali mencuat, namun dinilai ketinggalan zaman dan mengabaikan fakta bahwa China tengah bertransformasi menuju pertumbuhan berkualitas tinggi.
Kontribusi ekspor terhadap PDB China terus menurun, sementara konsumsi domestik kini menyumbang lebih dari 40% terhadap pertumbuhan ekonomi. Impor China juga meningkat pesat, mencapai lebih dari 2,64 triliun dolar AS pada 2024.
Sektor manufaktur China kini fokus pada inovasi dan produk bernilai tambah tinggi, seperti kendaraan energi baru. Banyak perusahaan asing pun membangun pusat R&D di China, memperkuat posisinya sebagai pusat inovasi global.
Retorika “rebalancing” dari AS dianggap sebagai upaya terselubung menuju decoupling ekonomi yang justru bisa merugikan perekonomian global. Analis menekankan pentingnya kolaborasi internasional, bukan fragmentasi.
Sumber: Antaranews